ads display

“Terima Kasih Orang Baik…”: Ketika PKN Sumut Datang Membawa Harapan di Tengah Luka Aceh Tamiang

Redaksi
24 Des 2025 | Desember 24, 2025 WIB Last Updated 2025-12-24T16:54:36Z
Foto : PKN Sumut Datang Membawa Harapan di Tengah Luka Aceh Tamiang

INDOKOM NEWS | Aceh Tamiang masih berduka. Banjir dan longsor yang melanda wilayah itu tidak hanya menghancurkan rumah-rumah warga, tetapi juga memutus sumber kehidupan, merobek rasa aman, dan meninggalkan trauma mendalam. Ratusan keluarga kehilangan tempat tinggal, ladang, serta pekerjaan yang selama ini menjadi tumpuan hidup. Hari-hari dilalui dalam ketidakpastian, di bawah tenda darurat dan bangunan seadanya, dengan rasa takut akan hari esok.

Di tengah situasi itu, Selasa (23/12/2025) menjadi hari yang berbeda bagi para pengungsi. DPD Pemuda Karya Nasional (PKN) Sumatera Utara hadir langsung ke Aceh Tamiang, membawa 5 ton beras dan berbagai bantuan kemanusiaan. Kehadiran ini bukan sekadar penyaluran logistik, tetapi wujud nyata kepedulian dan empati terhadap sesama yang sedang tertimpa musibah.

Ketua DPD PKN Sumut, Edy Suranta Gurusinga, yang akrab disapa Bang Godol, memimpin langsung rombongan. Ia datang bersama Sekretaris DPD, Srikandi, jajaran pengurus DPD, Ketua dan Sekretaris DPC dari Tanjung Balai, Kota Medan, Langkat, Binjai, Asahan, Labuhanbatu, serta Satuan Pelajar dan Mahasiswa (Sapma). Mereka menempuh perjalanan panjang demi memastikan bantuan benar-benar sampai ke tangan para korban.

Penyaluran bantuan dilakukan di dua titik utama, yakni Gedung Islamic Center Aceh Tamiang, dekat Kantor Bupati, dan Desa Lubuk Sindup, Kecamatan Sekerak.

Di Gedung Islamic Center, terdapat sekitar 84 keluarga pengungsi yang berasal dari lima desa, yakni Desa Air Tenang, Kebun Tanah Terban, Kampung Dalam, Tupah, dan Tanah Terban. Mayoritas dari mereka adalah petani dan buruh kebun. Banjir tidak hanya menghanyutkan rumah, tetapi juga merusak lahan pertanian dan memutus mata pencaharian mereka.

Saat rombongan PKN tiba, suasana pengungsian berubah. Tangis haru pecah. Warga menyambut dengan mata berkaca-kaca. Bagi mereka, kehadiran PKN adalah bukti bahwa penderitaan mereka tidak diabaikan.

Satu per satu bantuan diturunkan: beras, genset berukuran besar, 48 dus mi instan, angkong, cangkul, sekop, pakaian dewasa dan anak-anak, matras, kelambu, air mineral, kompor gas portable, serta 150 nasi kotak yang langsung dibagikan untuk dinikmati para pengungsi.

“Mudah-mudahan bantuan ini bermanfaat dan bisa sedikit meringankan beban bapak dan ibu semua. Tetap kuat, tetap semangat, dan jaga kesehatan,” ujar Bang Godol dengan nada penuh empati.

Perwakilan pengungsi, Bani, menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam.
“Terima kasih orang baik. Kalian benar-benar datang di saat kami sangat membutuhkan. Semoga Bang Edy dan seluruh rombongan selalu sehat dan diberi kesuksesan,” ucapnya dengan suara bergetar.

Di antara ratusan pengungsi, kisah Indah, seorang ibu asal Pontianak, Kalimantan Barat, menjadi salah satu yang paling menyayat hati. Ia mengasuh dua anak kecil seorang diri. Rumah yang ditempatinya di Desa Kota Lintang Bawah telah hanyut tanpa sisa.

Indah sempat bertahan di posko pengungsian di atas jembatan Kuala Simpang. Namun rasa takut kehilangan anak-anaknya—setelah mendengar ada anak yang terjatuh ke sungai—membuatnya memilih pindah. Keinginannya hanya satu: pulang ke kampung halaman. Namun ia tak memiliki uang dan tiket.

Mendengar cerita itu, Bang Godol langsung memberikan bantuan uang tunai agar Indah dan kedua anaknya bisa kembali ke Kalimantan Barat dengan selamat.

“Terima kasih banyak, Pak Edy. Bantuan ini bukan hanya uang, tapi harapan untuk kami,” ujar Indah sambil meneteskan air mata.

Usai dari Islamic Center, rombongan PKN Sumut melanjutkan perjalanan ke Desa Lubuk Sindup, Kecamatan Sekerak. Di sana, 154 keluarga kehilangan rumah akibat banjir. Warga mendirikan dua posko darurat di tengah puing dan lahan kosong.

PKN kembali menyalurkan bantuan besar, di antaranya dua unit genset berukuran besar, ratusan karung beras, mi instan, air mineral, pakaian, dan berbagai kebutuhan pokok lainnya.

Sekretaris DPD PKN Sumut, Budi, menegaskan bahwa bantuan ini adalah bentuk kepedulian organisasi terhadap masyarakat yang sedang tertimpa musibah.
“Kami datang bukan hanya membawa bantuan, tetapi membawa rasa kebersamaan. Semoga apa yang kami berikan bisa bermanfaat,” katanya.

Perwakilan posko, Udin Amin, menyampaikan doa dan rasa syukur.
“Semoga ini menjadi amal jariah bagi Bang Edy Suranta dan seluruh keluarga besar PKN. Bantuan ini sangat berarti bagi kami, bukan hanya untuk hari ini, tetapi untuk bertahan hidup,” ujarnya dengan suara bergetar.

Kehadiran Pemuda Karya Nasional Sumatera Utara di Aceh Tamiang membuktikan bahwa organisasi kepemudaan tidak hanya hadir dalam struktur dan nama, tetapi juga dalam tindakan nyata. PKN datang dengan hati, mendengar dengan empati, dan membantu tanpa pamrih.

Di tengah lumpur, puing, dan air mata, para pengungsi menemukan kembali secercah harapan. Dan di antara doa-doa yang terucap lirih, satu kalimat terus bergema:

“Terima kasih orang baik…”


PKN: Bukan Sekadar Organisasi, Tapi Rumah Kemanusiaan

Kehadiran Pemuda Karya Nasional (PKN) di Aceh Tamiang bukanlah kunjungan seremonial. Tidak ada panggung megah, tidak ada jarak antara pengurus dan pengungsi. Yang ada hanyalah langkah kaki yang menyusuri lumpur, tangan yang menyalurkan bantuan, dan telinga yang mau mendengar tangis rakyat kecil.

Di saat banyak orang hanya melihat bencana dari kejauhan, PKN memilih untuk datang dan berdiri di tengah penderitaan. Inilah wajah PKN yang sesungguhnya—organisasi yang tidak hanya bergerak dalam rapat dan struktur, tetapi hidup dalam aksi kemanusiaan.

Di bawah kepemimpinan Edy Suranta Gurusinga, PKN Sumatera Utara menunjukkan bahwa kepedulian bukan sekadar slogan. 5 ton beras, genset, logistik, hingga bantuan pribadi untuk seorang ibu dan dua anak yang terlunta-lunta, adalah bukti bahwa PKN hadir dengan hati, bukan dengan hitung-hitungan.

Bagi PKN, korban bencana bukan angka statistik. Mereka adalah manusia. Mereka adalah saudara. Karena itu, bantuan tidak hanya diberikan, tetapi disampaikan dengan empati, dialog, dan sentuhan kemanusiaan. Inilah nilai yang terus dijaga PKN: datang, mendengar, dan membantu.

Kisah Indah—seorang ibu dari Kalimantan Barat yang hampir kehilangan harapan—menjadi cermin nilai kemanusiaan PKN. Saat ia bercerita tentang rumahnya yang hanyut dan ketakutannya kehilangan anak-anak, PKN tidak menunda, tidak menimbang untung-rugi. PKN bertindak. Karena bagi organisasi ini, satu nyawa yang tertolong jauh lebih berarti daripada seribu pidato.

PKN juga hadir secara kolektif. Dari jajaran DPD, DPC lintas daerah, hingga Satuan Pelajar dan Mahasiswa (Sapma), semua bergerak bersama. Ini menegaskan bahwa PKN adalah organisasi kader yang ditanamkan nilai empati sejak dini, bukan hanya semangat kepemudaan, tetapi juga kepekaan sosial.

Apa yang dilakukan PKN di Aceh Tamiang adalah refleksi dari jati diri organisasi:
PKN berdiri di sisi rakyat saat mereka paling membutuhkan.

Di tengah bencana, PKN tidak datang sebagai penyelamat yang berdiri di atas penderitaan, tetapi sebagai saudara yang duduk di samping luka. Memberi bukan untuk dilihat, membantu bukan untuk dipuji, tetapi karena kemanusiaan memang harus diperjuangkan.

Dan ketika rombongan PKN akhirnya meninggalkan Aceh Tamiang, mereka tidak membawa apa-apa selain doa. Doa dari para pengungsi yang lirih namun tulus, yang terus mengalir bersama satu kalimat sederhana namun penuh makna:

“Terima kasih orang baik… Terima kasih Pemuda Karya Nasional.”

(Jakub Kaban)

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • “Terima Kasih Orang Baik…”: Ketika PKN Sumut Datang Membawa Harapan di Tengah Luka Aceh Tamiang

Trending Now

Iklan

close