INDOKOM NEWS | Ketika sirene meraung di tengah malam dan api menjilat langit, tidak ada waktu untuk takut. Saat semua orang berlari menjauh, mereka justru berlari mendekat.
Di sanalah keberanian sejati diuji di antara asap, panas, dan detak jantung yang berpacu.Mereka adalah petugas pemadam kebakaran Kabupaten Deli Serdang — garda terakhir yang berdiri antara bencana dan keselamatan.
Di tengah panas terik Lapangan Cadika Pramuka, suara sirine bergema memecah kesunyian. Puluhan petugas pemadam kebakaran berbaris tegap, wajah mereka mengeras menahan lelah setelah sepekan menjalani pelatihan intensif.
Pelatihan In-House Training (IHT) Kualifikasi Pemadam 1 Tahun 2025 akhirnya resmi ditutup, Rabu (22/10/2025). Momen itu menandai berakhirnya tujuh hari penuh disiplin, keringat, dan semangat belajar tanpa henti.
Asisten III Administrasi Umum Sekretariat Daerah Kabupaten Deli Serdang, Rudi Akmal Tambunan, hadir menutup kegiatan tersebut. Dengan nada tegas namun penuh empati, ia menekankan satu hal yang sering luput dari sorotan: keselamatan diri petugas.
“Sebelum menolong orang lain, pastikan diri sendiri selamat,” ujar Rudi dalam sambutannya. “Keberanian tanpa perhitungan bisa berakhir petaka jika tidak diimbangi kemampuan dan kesiapan.”
Ia menyampaikan pesan itu bukan sekadar formalitas. Ia berbicara atas nama Bupati Deli Serdang sebuah amanah yang ia bawa dengan tanggung jawab moral ganda.
“Keselamatan diri adalah prioritas utama. Keberhasilan mencegah lebih mulia daripada menanggulangi,” lanjutnya, menegaskan filosofi dasar dalam setiap operasi penyelamatan.
Ia juga menyoroti pentingnya kompetensi teknis, fisik yang prima, dan mental baja. Tiga unsur itu, katanya, menjadi kunci utama agar petugas Damkar mampu bertindak cepat dan tepat di situasi genting.
Pelatihan yang digelar sejak 16 hingga 22 Oktober 2025 ini diikuti oleh 80 peserta dari berbagai satuan kerja di lingkungan Pemerintah Kabupaten Deli Serdang.
Selama tujuh hari, para peserta ditempa untuk menjadi lebih dari sekadar pemadam api—mereka dilatih menjadi penyelamat sejati dalam setiap arti kata.
Program pelatihan ini bukan agenda rutin belaka. Ia menjadi investasi sumber daya manusia yang penting untuk meningkatkan profesionalisme dan kesiapsiagaan personel Damkar di lapangan.
Di tempat yang sama, suasana serupa terjadi dua hari sebelumnya. Wakil Bupati Deli Serdang, Lom Lom Suwondo SS, membuka kegiatan ini dengan semangat yang sama: menumbuhkan profesionalisme di setiap jiwa petugas.
“Tugas pemadam kebakaran bukan sekadar memadamkan api,” tegas Wabup dalam sambutannya di Aula Cadika, Lubuk Pakam, Senin (20/10/2025).
Ia menggambarkan peran petugas Damkar sebagai garda terakhir antara hidup dan maut, antara bara yang melalap rumah warga dan harapan yang masih tersisa.
“Mereka adalah pelindung jiwa dan harta. Profesionalisme berarti bekerja cepat, tepat, dan penuh tanggung jawab, bahkan di tengah situasi paling berisiko,” katanya.
Kata-kata itu bukan sekadar pujian, melainkan pengingat bahwa tanggung jawab Damkar jauh melampaui batas api.
Dalam keseharian, mereka juga menjadi penyelamat di kecelakaan lalu lintas, bencana alam, hingga evakuasi di medan ekstrem. Semua itu menuntut stamina, fokus, dan keberanian tanpa kompromi.
“Peralatan bisa terbatas,” ujar Lom Lom menambahkan, “tapi semangat tak boleh padam. Di situlah letak profesionalisme sejati tetap tangguh meski dalam keterbatasan.”
Pemerintah Kabupaten Deli Serdang pun tak tinggal diam. Melalui Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan, mereka menggulirkan serangkaian program penguatan kapasitas, penyediaan peralatan modern, dan pelatihan berjenjang.
Komitmen itu mencakup juga aspek kesejahteraan. Petugas yang berprestasi diberi apresiasi dan insentif sebagai bentuk penghargaan atas pengabdian mereka yang rela mempertaruhkan nyawa demi keselamatan orang lain.
“Pemerintah akan terus mendukung dari sisi pelatihan, kesejahteraan, dan keselamatan kerja,” jelas Wabup. “Pelatihan ini adalah bagian dari sistem tanggap darurat yang kita perkuat bersama.”
Dalam praktiknya, pelatihan ini dirancang komprehensif. Materi yang diberikan mencakup simulasi pemadaman, prosedur evakuasi korban, hingga standar keselamatan di lapangan.
Setiap sesi dijalankan dengan disiplin tinggi. Para instruktur dari berbagai lembaga profesional turut mendampingi, memastikan setiap peserta benar-benar menguasai teknik dasar dan lanjutan.
Tak hanya keterampilan teknis, para peserta juga digembleng dalam hal keberanian, disiplin, dan tanggung jawab moral. Nilai-nilai itu menjadi napas profesi Damkar yang sarat pengabdian.
“Petugas Damkar adalah wajah keberanian dan kemanusiaan,” tutur Wabup Lom Lom. “Mereka bekerja di tengah risiko tinggi, demi keselamatan orang lain.”
Dalam satu pekan pelatihan itu, para peserta belajar banyak hal mulai dari teori kebakaran, teknik penyelamatan, hingga simulasi situasi nyata.
Setiap latihan meninggalkan kesan mendalam. Ada yang jatuh, ada yang bangkit lagi, tapi tak satu pun menyerah. Semua ingin menjadi bagian dari barisan terdepan yang siap siaga 24 jam.
Bagi Rudi Akmal Tambunan, pelatihan seperti ini adalah cerminan komitmen pemerintah daerah dalam menjaga kualitas pelayanan publik, terutama di bidang keselamatan masyarakat.
Ia percaya, di balik setiap seragam oranye dan helm kuning, tersimpan keberanian yang luar biasa—keberanian yang sering tak terlihat namun nyata terasa saat bencana datang.
“Menjadi petugas Damkar bukan hanya soal pekerjaan, tapi juga panggilan hati,” ujarnya menutup sambutannya dengan tepuk tangan dari seluruh peserta.
Sementara di lapangan, semangat terus berkobar. Di tengah teriknya matahari, satu per satu petugas muda menyalakan selang, menembakkan air dengan presisi—simbol kesiapan untuk melindungi warga kapan pun dibutuhkan.
Penutup :
Di tengah panas terik Lapangan Cadika Pramuka, suara sirine bergema memecah kesunyian. Puluhan petugas pemadam kebakaran berbaris tegap, wajah mereka mengeras menahan lelah setelah sepekan menjalani pelatihan intensif.
Pelatihan In-House Training (IHT) Kualifikasi Pemadam 1 Tahun 2025 akhirnya resmi ditutup, Rabu (22/10/2025). Momen itu menandai berakhirnya tujuh hari penuh disiplin, keringat, dan semangat belajar tanpa henti.
Asisten III Administrasi Umum Sekretariat Daerah Kabupaten Deli Serdang, Rudi Akmal Tambunan, hadir menutup kegiatan tersebut. Dengan nada tegas namun penuh empati, ia menekankan satu hal yang sering luput dari sorotan: keselamatan diri petugas.
“Sebelum menolong orang lain, pastikan diri sendiri selamat,” ujar Rudi dalam sambutannya. “Keberanian tanpa perhitungan bisa berakhir petaka jika tidak diimbangi kemampuan dan kesiapan.”
Ia menyampaikan pesan itu bukan sekadar formalitas. Ia berbicara atas nama Bupati Deli Serdang sebuah amanah yang ia bawa dengan tanggung jawab moral ganda.
“Keselamatan diri adalah prioritas utama. Keberhasilan mencegah lebih mulia daripada menanggulangi,” lanjutnya, menegaskan filosofi dasar dalam setiap operasi penyelamatan.
Ia juga menyoroti pentingnya kompetensi teknis, fisik yang prima, dan mental baja. Tiga unsur itu, katanya, menjadi kunci utama agar petugas Damkar mampu bertindak cepat dan tepat di situasi genting.
Pelatihan yang digelar sejak 16 hingga 22 Oktober 2025 ini diikuti oleh 80 peserta dari berbagai satuan kerja di lingkungan Pemerintah Kabupaten Deli Serdang.
Selama tujuh hari, para peserta ditempa untuk menjadi lebih dari sekadar pemadam api—mereka dilatih menjadi penyelamat sejati dalam setiap arti kata.
Program pelatihan ini bukan agenda rutin belaka. Ia menjadi investasi sumber daya manusia yang penting untuk meningkatkan profesionalisme dan kesiapsiagaan personel Damkar di lapangan.
Di tempat yang sama, suasana serupa terjadi dua hari sebelumnya. Wakil Bupati Deli Serdang, Lom Lom Suwondo SS, membuka kegiatan ini dengan semangat yang sama: menumbuhkan profesionalisme di setiap jiwa petugas.
“Tugas pemadam kebakaran bukan sekadar memadamkan api,” tegas Wabup dalam sambutannya di Aula Cadika, Lubuk Pakam, Senin (20/10/2025).
Ia menggambarkan peran petugas Damkar sebagai garda terakhir antara hidup dan maut, antara bara yang melalap rumah warga dan harapan yang masih tersisa.
“Mereka adalah pelindung jiwa dan harta. Profesionalisme berarti bekerja cepat, tepat, dan penuh tanggung jawab, bahkan di tengah situasi paling berisiko,” katanya.
Kata-kata itu bukan sekadar pujian, melainkan pengingat bahwa tanggung jawab Damkar jauh melampaui batas api.
Dalam keseharian, mereka juga menjadi penyelamat di kecelakaan lalu lintas, bencana alam, hingga evakuasi di medan ekstrem. Semua itu menuntut stamina, fokus, dan keberanian tanpa kompromi.
“Peralatan bisa terbatas,” ujar Lom Lom menambahkan, “tapi semangat tak boleh padam. Di situlah letak profesionalisme sejati tetap tangguh meski dalam keterbatasan.”
Pemerintah Kabupaten Deli Serdang pun tak tinggal diam. Melalui Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan, mereka menggulirkan serangkaian program penguatan kapasitas, penyediaan peralatan modern, dan pelatihan berjenjang.
Komitmen itu mencakup juga aspek kesejahteraan. Petugas yang berprestasi diberi apresiasi dan insentif sebagai bentuk penghargaan atas pengabdian mereka yang rela mempertaruhkan nyawa demi keselamatan orang lain.
“Pemerintah akan terus mendukung dari sisi pelatihan, kesejahteraan, dan keselamatan kerja,” jelas Wabup. “Pelatihan ini adalah bagian dari sistem tanggap darurat yang kita perkuat bersama.”
Dalam praktiknya, pelatihan ini dirancang komprehensif. Materi yang diberikan mencakup simulasi pemadaman, prosedur evakuasi korban, hingga standar keselamatan di lapangan.
Setiap sesi dijalankan dengan disiplin tinggi. Para instruktur dari berbagai lembaga profesional turut mendampingi, memastikan setiap peserta benar-benar menguasai teknik dasar dan lanjutan.
Tak hanya keterampilan teknis, para peserta juga digembleng dalam hal keberanian, disiplin, dan tanggung jawab moral. Nilai-nilai itu menjadi napas profesi Damkar yang sarat pengabdian.
“Petugas Damkar adalah wajah keberanian dan kemanusiaan,” tutur Wabup Lom Lom. “Mereka bekerja di tengah risiko tinggi, demi keselamatan orang lain.”
Dalam satu pekan pelatihan itu, para peserta belajar banyak hal mulai dari teori kebakaran, teknik penyelamatan, hingga simulasi situasi nyata.
Setiap latihan meninggalkan kesan mendalam. Ada yang jatuh, ada yang bangkit lagi, tapi tak satu pun menyerah. Semua ingin menjadi bagian dari barisan terdepan yang siap siaga 24 jam.
Bagi Rudi Akmal Tambunan, pelatihan seperti ini adalah cerminan komitmen pemerintah daerah dalam menjaga kualitas pelayanan publik, terutama di bidang keselamatan masyarakat.
Ia percaya, di balik setiap seragam oranye dan helm kuning, tersimpan keberanian yang luar biasa—keberanian yang sering tak terlihat namun nyata terasa saat bencana datang.
“Menjadi petugas Damkar bukan hanya soal pekerjaan, tapi juga panggilan hati,” ujarnya menutup sambutannya dengan tepuk tangan dari seluruh peserta.
Sementara di lapangan, semangat terus berkobar. Di tengah teriknya matahari, satu per satu petugas muda menyalakan selang, menembakkan air dengan presisi—simbol kesiapan untuk melindungi warga kapan pun dibutuhkan.
Penutup :
Malam mungkin akan datang, dan kota mungkin tertidur, tapi bagi mereka, tidak ada kata istirahat penuh. Setiap detik adalah kesiapsiagaan.
Karena di balik setiap sirene yang meraung, selalu ada nyawa yang menunggu untuk diselamatkan. Dan selama itu masih ada, petugas Damkar Deli Serdang akan tetap berdiri tegak — menjadi wajah keberanian dan kemanusiaan di tengah bara kehidupan.**
(Vona Tarigan)
Karena di balik setiap sirene yang meraung, selalu ada nyawa yang menunggu untuk diselamatkan. Dan selama itu masih ada, petugas Damkar Deli Serdang akan tetap berdiri tegak — menjadi wajah keberanian dan kemanusiaan di tengah bara kehidupan.**
(Vona Tarigan)


