DELISERDANG | Suasana Desa Sembahe, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, benar-benar pecah dalam perayaan HUT ke-80 Republik Indonesia. Kalau biasanya desa ini adem ayem, kali ini berubah jadi arena tawa, sorakan, dan semangat kebersamaan.
Dari 14 sampai 21 Agustus, seluruh warga – dari anak-anak, remaja, bapak-ibu sampai kakek-nenek – tumplek blek ikut serta dan menyaksikan perlombaan. Lapangan di Dusun II Desa Sembahe mendadak jadi pusat hiburan rakyat, lebih rame dari konser dangdut keliling.
Perlombaan Tradisional: Aksi Kocak Bikin Perut Kram
Perlombaan tradisional selalu jadi favorit, apalagi kalau pesertanya penuh gaya kocak. Bayangin aja:
Estafet pipet ke botol – bolanya sering nyasar, malah ada yang ketawa sampai botolnya kebalik.Estafet bola terong – bola diganti terong, larinya malah kayak lomba lari bawa bayi.Gayung di kepala – bukannya air yang sampai, malah rambut jadi sampo gratis.
Estafet kardus – ada yang kebablasan jatuh, penonton teriak kompak: “ulang-ulang!”Tiup cup minuman – niatnya serius, eh cup malah mental kena muka sendiri.Pijak balon – lebih mirip kejar-kejaran cinta, yang kalah balonnya pecah duluan.
Lomba makan pisang – dari anak kecil sampai kakek-nenek ikutan. Ada yang gigitan pertama langsung ngakak karena pisangnya jatuh ke tanah.
Pokoknya setiap lomba disambut teriakan penonton. Warga bilang, “Kalau perut nggak sakit ketawa, belum sah nonton lomba 17-an di Sembahe!”
⚽ Olahraga Warga: Bola Sarung Paling Ditunggu
Selain lomba tradisional, pertandingan olahraga juga nggak kalah heboh. Ada bola voli penuh aksi smash abal-abal tapi tetap dapet tepuk tangan, lari maraton bikin warga ngos-ngosan tapi bangga, dan tentu saja sepak bola pakai sarung yang jadi primadona.
Bayangin main bola sambil sarungan. Ada yang kesandung sendiri, ada yang sarungnya melorot pas mau nendang bola, bikin penonton teriak ngakak berjamaah. Bahkan ada momen kiper lupa sarungnya kedobel, jadi mirip pake jubah superhero.
🏆 Hadiah & Penghargaan
Panitia dan Pemdes Sembahe nyiapin hadiah beragam: trophy, uang tunai, hingga barang-barang rumah tangga. Tapi kata warga, hadiah terbesar bukan piala atau uang, melainkan rasa senang bisa kumpul dan ketawa bareng.
👏 Antusiasme Warga Bikin Haru
Warga mengaku bangga tradisi 17-an di desanya masih hidup dan semakin meriah tiap tahun.
“Kalau ada lomba 17-an kayak gini, rasanya kemerdekaan lebih nyata. Bisa ketawa bareng, bisa lomba bareng, bisa ngalah bareng,” ujar seorang ibu sambil mengipasi anaknya yang baru selesai lomba makan pisang.
🗣️ Tanggapan Kepala Desa
Plt. Kepala Desa Sembahe, Istipanus Ginting, terlihat sumringah melihat warganya tumpah ruah ikut perlombaan.
“Semangat kebersamaan dan patriotisme warga luar biasa. Acara ini bukan hanya merayakan kemerdekaan, tapi juga mempererat persaudaraan. Saya salut dengan panitia yang kerja keras meski pakai tenaga ala kadarnya, tapi hasilnya luar biasa,” ungkapnya.
🎇 Tradisi yang Jadi Perekat Desa
Perayaan HUT RI ke-80 di Desa Sembahe membuktikan bahwa lomba 17-an bukan sekadar kompetisi. Ini adalah pesta rakyat, ajang kebersamaan, tempat tawa meledak, dan momen menguatkan rasa cinta tanah air.
Dari terong yang dipakai estafet, sarung yang jadi kostum bola, sampai pisang yang jatuh-jatuh sebelum dimakan – semuanya jadi cerita seru yang akan dikenang warga.
Satu suara warga bilang:
👉 “Kalau 17-an di Sembahe, jangan harap bisa pulang dengan muka serius. Minimal pipi pegel karena kebanyakan ketawa!”
Penutup
Perayaan HUT ke-80 RI di Desa Sembahe Kecamatan Sibolangit, Kabipaten Deliserdang bukan hanya soal lomba dan hadiah, tapi juga bukti nyata bahwa semangat gotong royong dan kebersamaan warga masih terjaga kuat. Tawa, sorakan, dan keceriaan yang muncul di setiap perlombaan adalah gambaran bahwa kemerdekaan dirayakan dengan hati yang gembira.
Tradisi 17 Agustus di Desa Sembahe bukan sekadar hiburan, melainkan juga warisan semangat patriotisme yang harus terus dijaga. Dari generasi muda hingga orang tua, semuanya bergandengan tangan merayakan hari bersejarah bangsa ini.
Maju terus Desa Sembahe!
Semoga semangat kebersamaan ini tetap hidup, semakin besar, dan menjadi contoh bagi desa-desa lain di seluruh Indonesia.
Dari Deliserdang (Roy Ginting)