INDOKOM NEWS | Dini hari yang sunyi berubah menjadi malam penuh duka bagi warga Jalan Starban, Gang Bilal, Lingkungan 10, Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia. Kobaran api yang muncul tiba-tiba, Sabtu (14/12/2024) sekitar pukul 00.00 WIB, meluluhlantakkan sembilan rumah semi permanen. Dalam sekejap, suara tawa dan kehidupan di kawasan itu digantikan oleh jerit panik, tangisan, dan suara gemuruh bangunan yang dilahap api.
Menurut salah satu korban, berdiri lunglai di depan puing-puing rumahnya. Matanya memerah, seolah tak mampu lagi menahan tangis yang tertahan sejak malam kebakaran. "Tidak ada yang tersisa, hanya baju di badan ini. Semuanya habis," ujarnya dengan suara bergetar.
Katanya Malam itu, ia keluarganya sedang tidur lelap ketika terdengar teriakan dari depan rumah. “Tiba-tiba ada yang teriak, ‘Kebakaran! Kebakaran!’ Saya langsung terbangun, membangunkan anak-anak, dan berlari keluar,” katanya. Tak ada waktu untuk berpikir panjang. Julius dan keluarganya hanya sempat menyelamatkan diri, meninggalkan seluruh barang berharga yang ada di dalam rumah.
Puluhan warga lainnya juga mengalami hal yang sama. Api bergerak cepat, menjalar dari satu rumah ke rumah lain. Jalanan sempit membuat upaya penyelamatan semakin sulit. Warga hanya bisa saling membantu mengeluarkan anggota keluarga, sementara api terus membesar.
"Anak-anak menangis karena kaget dan ketakutan. Kami hanya bisa lari. Semua harta kami, termasuk surat-surat penting, sudah habis," ujar seorang ibu yang memeluk erat anaknya yang masih gemetar.
Petugas pemadam kebakaran Kota Medan tiba di lokasi beberapa saat setelah laporan diterima. Namun, akses yang sempit di Gang Bilal menjadi tantangan besar. Kobaran api yang dipicu oleh bahan bangunan yang mudah terbakar semakin menyulitkan proses pemadaman.
“Api sangat ganas. Kami berusaha semaksimal mungkin agar tidak menjalar ke rumah lainnya,” ujar salah satu petugas pemadam. Setelah lebih dari dua jam berjibaku, api akhirnya berhasil dipadamkan pada pukul 02.23 WIB.
Ketika api padam, pemandangan di Jalan Starban berubah menjadi lautan puing hitam yang mengeluarkan asap tipis. Tak ada yang tersisa selain reruntuhan dan abu. Sembiring hanya bisa memandang sisa rumahnya dengan tatapan kosong. “Semua yang saya kumpulkan selama puluhan tahun habis dalam beberapa jam,” katanya lirih.
Sebanyak 14 kepala keluarga kini kehilangan tempat tinggal. Anak-anak bertanya kapan mereka bisa kembali ke rumah, sementara orang tua hanya mampu menghibur mereka dengan janji yang belum pasti.
“Saya tidak tahu harus mulai dari mana. Rumah ini sudah menjadi tempat kami berteduh sejak lama. Sekarang semuanya hilang,” ujar seorang warga dengan tangis yang pecah.
**Penyebab Masih Dalam Penyelidikan**
Kapolsek Medan Baru, Kompol Yayang Rizky, mengatakan bahwa pihaknya masih menyelidiki penyebab kebakaran dengan bantuan tim Laboratorium Forensik. “Kami masih mengumpulkan informasi dan bukti dari lokasi. Saat ini prioritas kami adalah memastikan lokasi aman,” jelasnya.
Bagi para korban, penyelidikan itu penting, tetapi yang lebih mendesak adalah bantuan untuk memulai kembali hidup mereka. Mereka berharap uluran tangan dari pemerintah dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal sementara.
Di antara puing-puing yang dingin, warga saling menguatkan. Mereka berdoa bersama, memohon kekuatan untuk menghadapi cobaan ini. Harapan mereka sederhana: agar suatu hari nanti, kehidupan mereka yang hangus bersama api bisa kembali, meski mungkin tak akan pernah sama.
“Rumah kami mungkin tak ada lagi, tapi kami bersyukur semua keluarga selamat. Itu sudah cukup,” ujar Julius, mencoba menenangkan dirinya. Namun, di balik ucapannya, rasa kehilangan itu masih terlihat jelas. Bagi warga Jalan Starban, malam itu akan menjadi luka yang sulit dilupakan.**
(Vona Tarigan)