INDOKOM NEWS | Di sebuah siang yang damai di Kota Tasikmalaya, tiba-tiba kehebohan pecah di kawasan Jalan Cisalak Nagasari.
Sebuah laporan darurat masuk ke Tim Pemadam Kebakaran (Damkar) Kota Tasikmalaya.
Bukan soal kebakaran, bukan pula soal ular nyasar di got, tapi... cincin batu akik tersangkut di kemaluan seorang pria!
"Pak, tolong cepat datang, ini urgent!" begitu bunyi laporan orang tua korban, dengan nada campuran panik dan malu.
Korban, sebut saja F (27 tahun), sudah dua hari kesakitan karena cincin yang harusnya melingkar di jari justru nyasar ke area paling sensitif.
Entah apa yang ada di pikiran F saat itu, tapi dugaan kuat, dia sedang "eksperimen tanpa SOP".
Awalnya, F mencoba jadi pahlawan bagi dirinya sendiri. Segala cara dicoba, mulai dari sabun, minyak goreng, hingga doa-doa pendek.
Tapi, titanium itu kokoh bak cinta bertepuk sebelah tangan. Akhirnya, orang tua F tak tahan melihat anaknya ngilu-ngilu sendiri dan memutuskan melapor ke pihak yang kompeten.
**Damkar Turun Tangan**
Tim Damkar datang dengan mobil lengkap, seolah mau memadamkan kebakaran besar. Tetangga pun pada ngintip dari balik jendela, penasaran siapa yang bikin drama siang bolong.
Dipimpin oleh Korlap Hendrik Setiana, para petugas sigap memulai operasi. Alat andalan mereka? Gerinda kecil.
Tapi ini bukan pekerjaan biasa; salah gerak sedikit, nasib masa depan F bisa jadi taruhan.
Proses evakuasi berlangsung penuh ketegangan. Tim harus memotong cincin super tebal itu dengan hati-hati, sambil memastikan F tetap tenang.
"Mas, tahan ya. Jangan banyak gerak," kata Hendrik, mungkin sambil menahan tawa.
Akhirnya, setelah 18 menit penuh drama, cincin tersebut berhasil dilepaskan. F langsung menarik napas lega, sementara petugas Damkar saling tos, puas dengan misi yang sukses.
F kini bebas dari belenggu cincin batu akik, dan cerita ini pasti akan jadi "urban legend" di Tasikmalaya.
Para tetangga mungkin akan diam-diam membicarakan, "Eh, itu si F, yang cincin akiknya nyasar, ya?"
Dan buat para pembaca, ingatlah pesan moral dari kisah ini: cincin itu tempatnya di jari, bukan di mana-mana. Jangan coba-coba jadi "eksperimen" tanpa pengawasan ahli!**
(Red/Vona Tarigan/Net)